Malu tidaklah menghasilkan kecuali perkara yang baik, Rasulullah SAW berrsabda, “Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Imran bin Husain radliyallahu 'anhu). Dalam riwayat Muslim : “Malu seluruhnya adalah kebaikan.”
Hadits-hadits di atas menganjurkan untuk berhias dengan akhlak malu karena memang akhlak ini tidak mendatangkan kecuali hal yang baik dan dapat menyelamatkan seorang manusia dari perbuatan-perbuatan jelek dan tidak terpuji yang dapat merusakkan diri pelakunya dan orang lain.
Malu terbagi dua, pertama, malu yang memang sudah menjadi tabiat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala anugerahkan pada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya sebagai suatu nikmat dari-Nya. Dengan malu inilah kita dapat melihat banyak orang meninggalkan perkara-perkara dosa dan maksiat.
Kedua, malu yang muncul pada diri seorang hamba dikarenakan ia menyadari bahwasanya Allah SWT mengetahui apa yang diperbuat hamba-hamba-Nya dan tidak ada yang tersembunyi sedikitpun dari-Nya. Malu model inilah yang termasuk bagian dari iman sehingga karena inilah ketika Rasulullah SAW melewati seorang lelaki yang sedang menasihati dengan cara mencela sifat malu yang ada pada saudaranya, beliau SAW mengatakan, “Sesungguhnya malu adalah termasuk dari pada keimanan.” (HR. Mutafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar ra)
Jika seorang hamba tidak memiliki satu di antara dua akhlak malu di atas maka dengan mudahnya ia akan melakukan maksiat kepada Allah SWT. Maka setiap orang yang banyak kadar akhlak malu pada dirinya niscaya banyak pula kebaikannya, sebaliknya jika sedikit kadar akhlak malu pada dirinya, sedikit pula kebaikannya.
Berhiaslah dengan akhlak malu, karena akhlak ini sangat indah dan perhiasan istimewa.
Oleh Bahron Ansori*
Jurnalis www.mirajnews.com
:-d
BalasHapus