"Untuk Kesatuan dan Kemenangan Ummat Islam"

Jakarta, 25 Syawal 1434/1 September 2013 (MINA) - Bukan karena ingin menyaingi Miss World atau Miss Universe yang lebih memperlihatkan pamer aurat wanita. World Muslimah 2013 lebih mengutamakan wanita muslimah berprestasi, kata Eka Shanty, pendiri World Muslimah Foundation kepada Jamilah Shobariyah, wartawati Mi’raj News Ageny (MINA) di Jakarta, Sabtu (31/8).

Menurutnya,World Muslimah yang grand finalnya akan diselenggarakan di Jakarta 18 September mendatang, merupakan yang ketiga, menyajikan program penganugerahan bertaraf internasional kepada muslimah yang berprestasi.

“Para peserta paham akan kualitas dirinya sebagai wanita muslimah yang memahami nila-nilai Al-Quran dalam menghadapi budaya modernisasi yang cenderung berdampak negatif pada perkembangan generasi muda muslim didunia”, kata Eka Shanty, yang juga presenter televisi dan aktivis sosial itu.

Menurutnya, di antara wanita muslimah berkualitas mungkin ada yang belum berkesempatan untuk menunjukkan potensi diri untuk menginspirasi pembangunan kehidupan generasi muda yang lebih baik.

Karenanya, beda dengan ajang lainnya, penghargaan diberikan atas dasar kriteria wanita shalihat, smart, dan stylist dalam pembangunan pendidikan, ekonomi, sosial- budaya serta upaya perdamaian dan kemanusiaan”, ungkapnya.

Eka Shanty menegaskan, jika muslimah minim pendidikan, tidak diperdayakan, dan tidak dihargai lagi, maka akan berdampak pada apa yang dipersiapkan oleh calon-calon ibu untuk generasi yang shalihat dan pintar.

“Saya lebih suka memberikan solusi alternative, tidak hanya memprotes, seperti ketika kita ingin memboikot produk yahudi maka kita pun harus memberikan solusinya juga,” ujarnya menanggapi maraknya protes Miss World 2013 yang rencananya akan diselenggarakan di Indonesia sebagai tuan rumah.

Ia mengamati bahwa korban di tengah konflik negara-negara di dunia adalah anak-anak dan wanita. Jika mereka menjadi korban, maka berarti akan hancur generasi mendatang.

“Wanita muslimah Indonesia memiliki peluang untuk memberikan inspirasi bagi dunia Islam untuk mempererat ikatan persaudaraan dan persatuan melalui berbagai kegiatan,” ujarnya .

Pada penyelenggaraan ajang Muslimah world tahun lalu, kemampuan membaca Al-Quran merupakan salah satu persayaratan calon finalis. Dewan juri pun terdiri dari kalangan akademisi, di samping artis berjilbab dan desainer terkemuka.

Tahun lalu jumlah peserta yang mendaftar secara online mencapai 850 orang. Mereka bukan hanya berasal dari Indonesia. Mereka juga berasal dari dari, Australia, AS, Afghanistan, Bangladesh, Belanda, Jerman, Maroko, Nigeria, dan Turki.

Persyaratan muslimah calon peserta di antaranya, usia 18-27 tahun, mengenakan jilbab dalam kehidupan sehari-hari, mampu membaca Al-Quran, memiliki prestasi olahraga, akademisi, seni dan budaya, serta siap menjadi duta untuk program sosial, pemberdayaan dan pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top