YORDANIA USIR DUTA BESAR ISRAEL
Amman, 7 Rajab 1434/17 Mei 20013 (MINA) – Menteri Informasi dan Komunikasi Yordania, Mohammed al-Momani, Kamis lalu secara resmi mengumumkan kepergian duta besar Israel Daniel Nevo ke Amman.
Sebanyak 150 anggota Majelis Parlemen dengan suara bulat telah menuntut pemerintah untuk meminta duta besar Israel meninggalkan Yordania, dan juga menarik duta besar Yordania untuk Israel, Media Yordania seperti yang dikutip MINA melaporkan pada Rabu (9/5).
Dalam konferensi pers yang diadakan pada Rabu malam, Al-Momani mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri, Hussein al-Majali telah memanggil Nevo Kamis lalu.
Al-Majali mengatakan, sesuai informasi yang diterimanya tentang protes Amman terhadap pelanggaran Israel di Yerusalem, serangan pemukim pada orang-orang yang beribadah di Masjid Al-Aqsa dan penahanan mufti Sheikh Mohammed Hussein.
Momani menunjukkan bahwa duta besar Israel di Amman, Daniel Nevo, meninggalkan Departemen Luar Negeri dan langsung pergi ke Tel Aviv.
Bermula dari serangan Israel yang tersebar dan terluas di Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa yang dimulai Minggu lalu, parlemen Yordania menyetujui sebuah resolusi pada Rabu (17/5) lalu untuk mengusir duta besar Israel ke Amman dan memanggil duta besar Yordania untuk Tel Aviv.
Salah satu anggota parlemen menyerukan raja Yordania untuk menyatakan perang terhadap Israel sebagai protes atas serangan terhadap Masjid Al-Aqsa dan invasi terus menerus dari masjid oleh pemukim.
Mohammed Qudah, Menteri Urusan Islami Jordan, mengatakan bahwa Israel telah mencegah jamaah memasuki masjid Al-Aqsa. Ia berencana untuk membangun sebuah jembatan untuk menghubungkan Al-Aqsa ke beberapa permukiman di dekatnya.
Penggalian Israel di sekitar masjid Al-Aqsa terus meningkat. Sekitar 62 sinagog telah dibangun di sekitar Al-Aqsa untuk membentuk lingkaran di sekitarnya.
Qudah menambahkan perkembangan yang paling berbahaya adalah ketika ratusan pemukim yang didukung oleh tentara Israel memasuki Al-Aqsa pada Rabu (8/5) pagi waktu setempat.
Beberapa anggota parlemen menuntut Jordan membatalkan kesepakatan damai pada 1994 dengan Israel, tapi sebuah pernyataan oleh parlemen tidak menyebutkan perjanjian.
"Majelis parlemen mengutuk eskalasi berbahaya Israel. Itu akan berdampak pada seluruh wilayah dan akan menciptakan siklus kekerasan baru, ketidakamanan dan ketidakstabilan," kata anggota parlemen dalam sebuah pernyataan.
Presiden Palestina Mahmud Abbas menandatangani kesepakatan dengan Raja Yordania Abdullah II pada Maret, dan mengkonfirmasikan kesepakatan 1924 melalui lisan dan memberikan perwakilan Amman atas situs suci Muslim seperti yang dilansir oleh Middle-East-Online.