1. Adab Sebelum Makan
Adab sebelum makan itu antara lain:
Pertama : Makanan yang hendak dimakan, hendaknya merupakan makanan yang halal baik ditinjau dari barangnya atau cara memperolehnya.
Kedua : Membasuh kedua tangan, sebab tangan tidak selalu bersih karena merupakan anggota badan yang paling sering digunakan untuk melakukan berbagai macam aktivitas.
Ketiga : Hendaknya berniat bahwa dengan makan ia dapat lebih kuat beribadah dan melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Keempat : Merasa cukup dengan apa yang dihadapannya, tidak mencari-cari apa yang tidak ada.
Kelima : Berusaha makan bersama orang banyak sekalipun dengan keluarganya sendiri maupun anak-anaknya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
وَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ يُبَارِكَ لَكُمْ فِيْهِ/ أَبُوْ دَاوُد
Berkumpullah pada makananmu maka kamu diberkahi dalam makanan itu.(H.R. Abu Dawud)2. Adab Ketika Makan
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ketika makan antara lain:
Pertama : Dimulai dengan membaca “bismillaahirrahmaanirrahiim”dan berdoa.
Doa Sebelum Makan
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّار/ رواه ابن السنى بسند ضعيف
Ya Allah, berkahilah rizki yang telah engkau berikan kepada kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.(H.R. Ibnu As Suni dengan sanad yang dhaif)Apabila seseorang lupa membaca “basmalah” sewaktu memulai makan, hendaknya ia membaca:
بِسْمِ اللهِ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ/ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُد
Dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan penghabisan makan.(H.R. Abu Daud)Kedua : Makan dengan tangan kanan dan yang dekat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
بِسْمِ اللهِ وَكُلُ بِيَمِيْنِكَ وَكُلُ مِمَّا يَلِيْكَ/ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Makanlah dengan menyebut nama Allah dan makanlah dengan tangan kanan serta makanlah dari makanan yang dekat dengan kamu.(Muttafaq ‘Alaih)
Dalam hadis lain disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ/ أخرجه مسلم
Apabila salah seorang di antara kalian makan hendaknya ia makan dengan tangan kanannya dan minum hendaknya dengan tangan kanannya karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kiri.(Dikeluarkan oleh Muslim)
Ketiga : Makan Sambil Duduk
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لاَ يَشْرَبَنَّ أَحَدُكُمْ قَائِمًا مِمَنْ نَسِى فَلْيَسْتَقِئْ/ رَوَاهُ مُسْلِم
Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum dengan berdiri. Barang siapa lupa maka hendaklah memuntahkannya.(H.R. Muslim)Dalam hadis yang lain diriwayatkan Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang minum dengan berdiri. Qatadah berkata, “Kemudian kami bertanya, kalau makan?” Ia menjawab, “Maka itu lebih buruk dan keji.”(H.R. Tirmidzi)
Hadis ini jelas menggambarkan kepada kita bahwa saat makan dan minum hendaknya kita lakukan sambil duduk. Larangan makan dan minum sambil berdiri ini bukan tanpa alasan karena larangan ini ternyata sesuai dengan penelitian ilmuan modern tentang hal ini.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam tubuh manusia itu terdapat penyaring (filter) terhadap makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Saringan tersebut akan berfungsi jika makan dan minum dilakukan dalam posisi duduk. Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Ibrahim Al-Rawi, Makanan dan minuman yang disantap pada saat berdiri, dapat berdampak pada refleksi saraf yang dilakukan oleh saraf kelana (saraf otak kesepuluh) yang banyak tersebar pada saraf endotel yang mengelilingi usus. Hal yang sangat membahayakan adalah apabila refleksi ini terjadi secara keras dan tiba-tiba maka dapat mengakibatkan vagal inhibition (tidak berfungsinya saraf) yang sangat parah dan hal tersebut dapat memicu detak mematikan bagi jantung, sehingga menyebabkan pingsan atau mati mendadak.
Apabila makan dan minum dilakukan berdiri secara terus menerus akan membahayakan usus dan memungkinkan terjadinya luka pada lambung. Para dokter melihat bahwa luka pada lambung 95% terjadi pada tempat yang biasa berbenturan dengan makanan atau minuman yang masuk.
Menurut Syaikh Nashiruddin Al-Al-Bani, “Dzahir hadis-hadis ini menunjukkan larangan minum dengan berdiri tanpa udzur.”
Ada banyak hadis menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam minum dengan berdiri. Ini bisa diartikan sebagai udzur, seperti tempat yang sempit atau tempat air tergantung. Sebagian hadis mengisyaratkan hal itu.
Keempat : Tidak Mencela Makanan Yang Ada
Disebutkan dalam hadis:
مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُ إِنْ إِشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرَهَهُ تَرَكَهُ/ مُتَّفَقٌ عَلَيْه
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila beliau suka maka beliau memakannya dan apabila tidak suka beliau meninggalkannya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Imam An-Nawawi mengatakan mencela makanan seperti dengan mengatakan, “Terlalu asin, atau kurang asin, kecut, tipis, keras, kurang matang dan sebagainya.”
Larangan mencela makanan disebabkan makanan adalah ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang tidak boleh dicela. Alasan lainnya adalah bahwa mencela makanan akan menyakiti perasaan pembuat makanan hingga ia bersedih dan tersinggung.
Ketika mengomentari hadis di atas Syekh Muhammad Shalih Al-Utsaimin mengatakan, “Tha’am (yang sering diartikan dengan makanan) adalah segala sesuatu yang dinikmati rasanya, baik berupa makanan ataupun minuman. Sepantasnya jika kita diberi suguhan berupa makanan, hendaknya kita menyadari betapa besar nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita dengan mempermudah mendapatkannya. Jika makanan itu enak dan menggiurkan, maka hendaklah kita makan. Namun jika tidak demikian, tidak perlu kita makan dan tidak perlu mencelanya.”
Kelima : Makan Sambil Berbicara
Apabila makan bersama orang lain kita disunnahkan sambil berbicara. Dalam “Al-Adzkar”, Imam Nawawi mengatakan, “Dianjurkan berbicara ketika makan.” Berkenaan dengan ini terdapat sebuah hadis yang dibawakan oleh Jabir Radhiyallahu ‘Anhu sebagaimana telah kami kemukakan dalam bab memuji makanan.”
Imam Al-Ghazali dalam “Al-Ihya” mengatakan bahwa termasuk etika makan ialah membicarakan hal-hal yang baik sambil makan, membicarakan kisah orang-orang shalih dalam makan.
Ibnu Muflih mengatakan bahwa Ishaq bin Ibrahim bercerita, “Suatu ketika aku makan malam bersama Abu Abdulllah yaitu Imam Ahmad bin Hanbal ditambah satu kerabat beliau. Ketika makan kami sedikitpun tidak berbicara, sedangkan Imam Ahmad makan sambil mengatakan, “Alhamdulillaah” dan “Bismillah”. Setelah itu beliau mengatakan, “Makan sambil memuji Allah itu lebih baik dari pada makan sambil diam.” Tidak ada pendapat yang menyalahi nukilan ini dan tidak aku dapati dalam mayoritas ulama Hambali menyelisihi pendapat beliau tersebut. Kemungkinan besar Imam Ahmad berbuat demikian karena mengikuti dalil sebagaimana kebiasaan beliau adalah berupaya semaksimal mungkin untuk sesuai dengan dalil.”
Keenam : Tidak Duduk Sambil Bersandar
Imam Bukhari meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
لَا أَكُلُ مُتَّكِئاً
Aku tidak pernah makan dengan bersandarYang dimaksud duduk sambil bersandar dalam hadis ini adalahsegala bentuk duduk yang bisa disebut bersandar, tidak terbatas pada posisi duduk tertentu. Para ulama menyatakan bahwa makan sambil bersandar hukumnya makruh karena hal tersebut merupakan duduknya orang yang hendak makan dengan lahap.
Ibnu Hajar mengatakan, “Jika sudah disadari bahwa makan sambil bersandar itu makruh, maka posisi duduk yang dianjurkan ketika makan adalah dengan menekuk kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki.” (H.R. Muslim) atau dengan menegakkan kaki kanan dan menduduki kaki kiri. Hanya saja hadis yang menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam duduk dengan menegakkan kaki kanan dan menekuk lutut kaki kiri, menurut Al-Iraqi sanadnya dhaif.
3. Adab Setelah Makan
Pertama : Berdoa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa makan makanan kemudian membaca:
Doa Sesudah Makan
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ/ رواه ابو داود
Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melimpahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku. (HR. Abu Daud)Dalam rangkaian hadis tersebut disebutkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyatakan “Barangsiapa makan kemudian membaca doa tersebut maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Kedua : Bersyukur
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
…كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ…
"…Makanlah kalian dari apa-apa yang baik yang telah Kami rizkikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah…” (QS. Al-Baqarah [2] : 172)Jadi orang yang makan harus meyakini dalam hatinya bahwa makanan itu adalah nikmat dari Allah yang dilimpahkan kepada dirinya. Oleh karena itu dia harus bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan tersebut.
Ketiga : Mencuci Tangan
Di dalam kitab Al-Mughni disebutkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Seorang Anshor mengundang Nabi Shallallahu ‘Alahi Wasallam maka kami pergi bersamanya. Ketika selesai makan dan mencuci tangannya, beliau berdoa:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي يَطْعَمُ وَلاَ يُطْعَمْ... /الْحَدِيْث
“Segala puji bagi Allah yang memberi makan dan tidak diberi makan …” (Al Hadis)Keempat : Berkumur-Kumur dan Bersiwak (Bersugi)
Diriwayatkan dari Suwaidi bin Nu’man berkata, “Kami pergi bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika sampai Shahbaa’, beliau meminta agar makanan disuguhkan. Ternyata tidak ada makanan selain roti gandum. Setelah kami selesai makan beliau bangkit untuk melaksanakan shalat dan berkumur-kumur, maka kami pun ikut berkumur-kumur."
Adapun bersiwak setelah makan, hal ini berdasarkan keumuman hadis-hadis yang mendorong dan memerintahkan bersiwak untuk membersihkan mulut dan menghilangkan bau mulut. Untuk itu dapat juga menggunakan sikat gigi atau pasta gigi karena fungsinya sama. Hanya saja menggunakan siwak lebih utama.
Kelima : Tidak Langsung Tidur Setelah Makan
Berdasarkan pandangan ahli medis, para ulama menyatakan bahwa tidur setelah makan adalah kebiasaan yang buruk serta dapat membahayakan kesehatan jantung bahkan menjadi penyebab kematian jika hal ini dilakukan terus menerus.
Wallahu A'lam, bis Shawab
0 komentar:
Posting Komentar